Pages

Jumat, 09 Maret 2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang filsuf China; Lao Chai, pernah berkata bahwa suatu perjalanan yang bermil-mil jauhnya dimulai dengan hanya satu langkah. Pembaca dari materi ini juga baru memulai suatu langkah ke dalam lapangan dari suatu bidang ilmu yang disebut dengan Antropologi. Benda apa yang disebut dengan Antropologi itu? Beberapa atau bahkan banyak orang mungkin sudah pernah mendengarnya. Beberapa orang mungkin mempunyai ide-ide tentang Antropologi yang didapat melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik. Beberapa orang lagi bahkan mungkin sudah pernah membaca literatur-literatur atau tulisan-tulisan tentang Antropologi.
Banyak orang berpikir bahwa para ahli Antropologi adalah ilmuwan yang hanya tertarik pada peninggalan-peninggalan masa lalu; Antroplogi bekerja menggali sisa-sisa kehidupan masa lalu untuk mendapatkan pecahan guci-guci tua, peralatan-peralatan dari batu dan kemudian mencoba memberi arti dari apa yang ditemukannya itu. Pandangan yang lain mengasosiasikan Antropologi dengan teori Evolusi danmengenyampingkan kerja dari Sang Pencipta dalam mempelajari kemunculan dan perkembangan mahluk manusia.
Masyarakat yang mempunyai pandangan yang sangat keras terhadap penciptaan manusia dari sudut agama kemudian melindungi bahkan melarang anak-anak mereka dari Antroplogi dan doktrin-doktrinnya. Bahkan masih banyak orang awam yang berpikir kalau Antropologi itu bekerja atau meneliti orang-orang yang aneh dan eksotis yang tinggal di daerah-daerah yang jauh dimana mereka masih menjalankan kebiasaan-kebiasaan yang bagi masyarakat umum adalah asing.
Semua pandangan tentang ilmu Antroplogi ini pada tingkat tertentu ada benarnya, tetapi seperti ada cerita tentang beberapa orang buta yang ingin mengetahui bagaimana bentuk seekor gajah dimana masing-masing orang hanya meraba bagian-bagian tertentu saja sehingga anggapan mereka tentang bentuk gajah itupun menjadi bermacam-macam, terjadi juga pada Antropologi. Pandangan yang berdasarkan informasi yang sepotong-sepotong ini mengakibatkan kekurang pahaman masyarakat awam tentang apa sebenarnya Antropologi itu.
Antropologi memang tertarik pada masa lampau. Mereka ingin tahu tentang asal-mula manusia dan perkembangannya, dan mereka juga mempelajari masyarakat-masyarakat yang masih sederhana (sering disebut dengan primitif). Tetapi sekarang Antropologi juga mempelajari tingkah-laku manusia di tempat-tempat umum seperti di restoran, rumah-sakit dan di tempat-tempat bisnis modern lainnya. Mereka juga tertarik dengan bentuk-bentuk pemerintahan atau negara modern yang ada sekarang ini sama tertariknya ketika mereka mempelajari bentuk-bentuk pemerintahan yang sederhana yang terjadi pada masa lampau atau masih terjadi pada masyarakat-masyarakat di daerah yang terpencil. Oleh karena itu, hubungan antara Antropologi dan kebudayaan itu sendiri tidak dapat dipisah. Sebab, apa yang dicari oleh Antropologi merupakan hasil dari kebudayaan manusia.
Kebudayaan tercipta karena individu manusia itu sendiri yang berusaha menciptakannya. Seperti kata orang, manusia itu tidak pernah puas dengan hal yang sudah ia capai. Oleh karena itu, hal itu pulalah yang menjadi cambuk untuk menciptakan hal-hal baru dalam kehidupannya. Itulah yang dinamakan kebudayaan.Tetapi, perlu digarisbawahi bahwa Antropologi bukanlah pemulung yang memunguti artefak-artefak yang telah ditinggalkan manusia (sampah). Bukan. Namun, Antropologi merupakan jembatan yang akan menghubungkan suatu pola kehidupan generasi yang telah berlalu dengan generasi sekarang dan akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang ada pun rumusan masalah ialah:
a. Bagaimana perkembangan Antripologi zaman sekarang dalam kaitanya dengan perkembangan budaya?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan Antripologi zaman sekarng dalam kaitanya dengan perkembangan budaya?
1.4 Mamfaat
a. Sebagai wadah dalam pengembangan wawasan yang berkaitan dengan perkembangan Antopologi zaman sekarang dalam kaitanya dengan perkembangan budaya.



BAB II

TINJUAN TEORITIS
2.1 Konsep Antropologi
Antropologi mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggaldalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, Antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti manusia atau orang, dan logos yang berarti ilmu.
Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiapdimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi daridisiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/ perbedaan budayaantar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehinggametode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada pendudukyang merupakan masyarakat tunggal.

2.2 Dasar Antropologi
Menurut Koentjaraningrat (2009: 1) Antropologi adalah sebagai suatu ilmu yang mempelajari mahluk antropos atau manusia, merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang masing-masing mempelajari suatu komplek masah-masalah khusus mengenai mahluk manusia. Proses integrasi tadi merupakan suatu proses perkembangan panjang yang dimulai sejak kira-kira permulaan abad ke-19 yang lalu dan berlangsung sampai sekarang ini juga.
Dengan demikian untuk mempelajari apakah dari ilmu-ilmu yang menjadi pangkal antropologi dan apa sebenarnya arti antropologi bagi indonesai masa kini yaitu Indonesia yang masa pembangunan sekarang ini serta apa tantangan antopologi pembangunan di Indonesia.


BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Perkembangan Antropologi
Menurut Abdurrahman Fathoni(2005:1) perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:
a. Fase pertama(sebelum tahun 1800-an)
Suku – suku bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan Amerika mulai datang oleh orang eropa barat sejak akhir abad ke -15 dan permulaan abad ke-16 sampai berlangsung kira-kira 4 abad lamanya. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku udengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
b. Fase Kedua (tahun 1800-an)
Fase kedua kira-kira pertengahan abad ke-19, integrasi baru timbul sungguh-sunggung baru timbul pada abad ke-19, waktu itu terbitlah jumlah karangan yang menusun bahan etnografi berdasarkan cara pikir evolusi masyarakat. Secara singkat, cara berpikir itu dapat di rumuskan sebagai berikut: masyarakat dan kebudaya manusia telah berevolusi lambat dalam jangka waktu beri-ribu tahun lamanya. Semua bentuk kebudayaan masyarakat dari bansang yang berada di luar eropa, yang oleh eropa disebut primitif, dianggap sebagai tingkat kebudayaan lebih rendah.
c. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
d. Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
3.2 Perkembangan Antropologi di Uni Soviet
Ilmu Antropologi di Uni Soviet mengambil ajaran dari marxisme sebagai dasar pemikirannya yang dinyatak secara resmi dengan suatu resolusi hasil konferensi para ahli ilmu Antropologi di Uni Soviet. Unsure-unsur yang penting dari marxisme yaitu teori-teori Evolusionisme. Dengan teori evolusi sebagai azas dan cara berfikir, ilmu Antropologi budaya di Unisovie menjadi suatu ilmu untuk menambah pengertian tentang tingkat-tingkat perkembangan dan evolusi masyarakat yang terdorong oleh arus sejarah yang mutlak dengan demikian ilmu Antropologi disana merupakan bagian dari ilmu sejarah dalam arti umum yang mempelajari manusia kuno dengan menganalisa aneka ragan bentuk kebudayaan dan masyarakat bangsa-bangsa diluar Eropa secara komparatif. Aktifitas penelitian di Uni Soviet nampah terliat mengkaji tentang masyarakat purba terutama mengenai bentuk keluarga dan sistim kekerabatan pada masa itu.
Pengumpulan bahan Etnografi dan Etnolinguistik dilakukan sebagai proyek pemerintah dalam memahami akan suku-suku bangsa di Uni Soviet yang juga merupakan kepentingan praktis untuk mempersatukan bangsa-bangsa tersebut, namun adapula ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan murni penelitian yang biasanya diorganisasikan oleh lembaga-lembaga Antropologi seiring dengan terus berkembangnya penelitian tentang masyarakat purba mengalami pengertian luas mengenai penemuan bahan etnografi tersebut mengakibatkan adanya pertentangan antara rangka abstrak dari tingkat-tingkat evolusi dengan kenyataan yang di tunjukan oleh fakta-fakta konkret.
Daerah yang mendapat perhatian pertama di Uni Soviet tentu saja Wilayah Uni Sovieht itu sendiri yang man terdapat banyak suku bangsa. Penelitian oleh para ahli antropologi di Uni Soviet pun mulai merambah ke wilayah seputar Asia Tenggara, namun perbedannya jika pengetahuan para ahli Uni Soviet mengenai kebudayaan wilayahnya sendiri, sebaliknya bangsa-bangsa di luar Uni Soviet pengetahuan akan kebudayaan bersifat sekunder yaitu yang didapatnya dari hasil penelitian dari buku-buku Etnografi yang ditulis oleh ahli-ahli lain.
3.3 Perkembangan Antropologi di Indonesia
Di Indonesian sekarang baru mulai dengan mengembangkan suatu ilmu antropologi Indonesia yang khusus, dalam menentukan dasar-dasar dan antropologi Indonesian belum terikat oleh suatu tradisi, sehingga kita masih merdeka untuk memilih dan mengkombinasikan unsure-unsur dari berbagai aliran dan antropologi yang paling cocok atau yang dapat diselaraskan dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia, kita dapat dengan mudah mengkombinasikan berbagai unsure dari berbagai aliran ilmu Antropologi yang telah berkembang di Negara-negara lain. Antropologi berati suatu ilmu tentang manusia, suatu istilah yang sangat tua. Dahulu istilah itu di gunakan dalam arti yang lain, yaitu ilmu tentang cirri-ciri tubuh manusia, juga dalam arti ilmu anatomi.
Dalam perkembangan fase ke- 3 dalam sejarah perkembangan Antropologi, istilah itu mulai dipakai terutama di Ingris dan Ameriak dalam arti yang sama Ethnologi, dalam arti pangkalnya. Di Inggris kemudian istilah antropologi mendesak istilah ethnologi, dan di Amerika Sarikar istilah Antropologi di gunakan dalam arti luas karena meliputi bagian-bagian fisik maupun sosial dari ilmu tentang manusia.
3.4 Pengertian Budaya
Suatu perspektif Antropologi menurut minat luas para antropolog adalah minat mengenai masyarakata atau kebudayan. Kebudayaan adalah sebagai perangkat gagasan-gagasan, aturan-aturan, keyakinan-keyakinan yang dimiliki bersama. Antropologi budaya sebagai mana di praktikan di Amerika Utara yang di utarakan oleh Adam Kuper dalam Achmad fadyani saifuddin (2005:23).
Dari beberapa sisi, kebudayaan dapat dipandang sebagai Pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat yang memilikikebudayaan tersebut, Kebudayaan adalah milik masyarakat manusia, bukan daerah atau tempat yangmempunyai kebudayaan tetapi manusialah yang mempunyai kebudayaan, Sebagai pengetahuan yang diyakini kebenarannya, kebudayaan adalah pedomanmenyeluruh yang mendalam dan mendasar bagi kehidupan masyarakat yangbersangkutan, Sebagai pedoman bagi kehidupan, kebudayaan dibedakan dari kelakuan dan hasilkelakuan; karena kelakuan itu terwujud dengan mengacu atau berpedoman padakebudayaan yang dipunyai oleh pelaku yang bersangkutan.
3.5 Hubungan Antropologi dan Budaya
para ahli Antropolgi mempunyai pengertian yang samatentang istilah tersebut. Seorang Ahli Antropologi yang mencoba mengumpulkandefinisi yang pernah dibuat mengatakan ada sekitar 160 defenisi kebudayaan yangdibuat oleh para ahli Antropologi.Tetapi dari sekian banyak definisi tersebut ada suatu persetujuan bersama diantarapara ahli Antropologi tentang arti dari istilah tersebut. Salah satu definisi kebudayaandalam Antropologi dibuat seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan defenisikebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari: Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenaisebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan Seringnya istilah ini digunakan oleh Antropologi dalam pekerjaan-pekerjaannyabukan berarti. Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan.


BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajaritentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau munculberawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat,budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologidengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yangmerupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggaldaerah yang sama.



DAFTAR PUSTAKA
http
Abdurrahman Fathoni, 2005. Antropologi sosial budaya suatu pengantar. PT. Renika Cipta, Jakarta.
Achmad Fedyani Saifuddin, 2005. Antropologi Kontemporer. Prenada Media Group. Jakarta
Koentjaraningrat, 2009, Sejarah Teori Antropologi I. UI press, Jakarta